Seorang Ibu Harus Banyak Ilmu - Belajar VO Bersama Ihwan Zaid dan Novie Burhan

 

Voice Over
Undangan Pelatihan Voice Over di Balikpapan.
Desain: pribadi
Suatu saat, ketika anak sulung saya sedang sekolah streaming (kebetulan dia kesehariannya memang selalu sekolah online tatap muka bersama guru dan kawan-kawannya), gurunya yang sedang mengajar pelajaran Bahasa Indonesia, bertanya mengenai cita-cita semua anak muridnya.

Namun si sulung ini adalah tipikal anak yang harus didorong terlebih dahulu untuk berbicara kepada gurunya, sehingga saya pun memintanya ikut menjawab, dan lumayan surprise karena dia menjawab, "Ingin menjadi dokter anak."

Wow! Mulia sekali.

Sepengalaman saya yang pernah menjadi anak-anak juga, sungguh jarang ya anak-anak menjawab dengan lengkap begitu, biasanya mereka hanya akan menjawab "ingin menjadi dokter", tanpa disebutkan profesi specialize-nya lagi sebagai 'embel-embel'.

Namun ternyata, anak-anak sekarang memang cenderung lebih unik dan kreatif dibandingkan anak-anak jaman dulu yang monoton, karena berada di bawah naungan orang tua jaman baheula yang sebagian besarnya cenderung kaku, dominan dan otoriter juga.

Bukan hanya Aisyah, anak sulung saya itu, tetapi kawan lainnya ada yang menjawab ingin menjadi astronot, dokter hewan, bahkan youtuber.

Lalu suatu waktu, pelajaran Bahasa Inggris pun sampai pada materi profesi juga, dimana anak-anak kembali ditanya mengenai profesi apa yang mereka minati kelak ketika dewasa, tentunya disebutkan dalam Bahasa Inggris.

Saya pikir ketertarikan dia masih sama, yaitu untuk menjadi seorang dokter anak atau dalam Bahasa Inggris bisa dia sebutkan saja 'pediatrician', namun ternyata saya salah. Keinginan dia sudah berganti menjadi 'youtuber gaming'.

Wow!

Ada-ada saja ya. Profesi yang tak pernah terlintas dalam pikiran orang dewasa, bahkan bisa secara sederhana terpikirkan oleh seorang anak.

Dia memang termasuk gamer, kesehariannya di rumah kebanyakan habis untuk bermain game, tapi kalau saya lihat dia bukan tipikal yang 'cuap-cuap', kadang ngomong saja masih 'belepetan'.

Berbeda dengan adiknya yang ketika bermain online game, sambil ngoceh, layaknya seorang youtuber gaming, walau kata-katanya belum jelas.

Ya namun sebagai orang tua, kita tetap harus appreciate apapun keinginan si kecil ya Bun, jangan sampai si anak berkecil hati.

Kebetulan kalau Aisyah ini, memang sejak dia masih berusia dini sudah saya cobain beragam kursus keterampilan khusus, seperti ballet, modelling, bahkan musik (khususnya piano), tetapi semuanya tidak berlangsung lama karena ternyata dia tidak begitu memiliki ketertarikan di bidang seni semacam itu.

Malah buntut-buntutnya dia mengutarakan ingin menjadi dokter anak, kemudian berganti menjadi youtuber gaming yang melenceng banget dari minat awalnya, dan dari pekerjaan seni 'gemulai-gemulai' yang sempat saya arahkan untuknya.

Voice Over Balikpapan
Bersama kedua mentor dan panitia acara.
Sumber Foto: Pribadi

Nah, lewatnya iklan mengenai Balikpapan Fullday Workshop Voice Over (VO) di beranda instagram saya, mengingatkan saya tentang keinginan si kecil untuk menjadi seorang youtuber, dan itu membuat saya bersemangat sekali mengikuti lomba blog yang diadakan oleh cafepro.id.

Kenapa saya yang bersemangat? Padahal kan si kecil yang membutuhkannya?

Ya kalau workshop-nya ditujukan khusus untuk anak-anak, mungkin anak saya yang akan saya sodorkan, tetapi kebetulan workshop VO yang tempo hari diadakan oleh cafepro.id dan vtclass.id, dibuka untuk umum, bukan khusus untuk anak-anak.

Walau mungkin anak-anak boleh mengikutinya, karena ada beberapa peserta berusia SMP dan SMA juga saat itu, tetapi jika tak ada kawan yang sebaya, tentu Aisyah akan merasa bosan dan jenuh.

Lagipula, pola mengajar yang diberikan para mentor untuk anak usia remaja hingga dewasa, akan berbeda dengan pola mengajar yang diberikan khusus untuk anak-anak sampai usia remaja.

Sama halnya-lah bagi setiap orang tua yang memiliki anak-anak dengan berbagai tingkat usia, pasti pola asuh yang diberikan kepada setiap anak akan berbeda.

Nah, solusinya adalah, maminya saja yang ikut, karena ibu yang cerdas akan 'melahirkan' anak-anak yang cerdas juga, sehingga seorang ibu wajib hukumnya untuk terus memperkaya ilmu dan menambah pengetahuan.

Alhamdulillah saya mendapat kesempatan untuk dapat mengikutinya.

Kebetulan keahlian voice over ini juga dibutuhkan untuk profesi saya yang seorang konten kreator.

Hanya saja, biasanya saya melakukan itu tanpa ilmu yang pasti, jadi saya kurang tahu apakah cara saya setiap kali melakukan VO untuk konten-konten saya sudah benar atau tidak.

Nah ternyata, saya benar-benar mendapat banyak koreksi disana!

Penasaran kan seperti apa voice over itu sebenarnya?

Ihwan Zaid

Mentor kami yang pertama adalah Ihwan Zaid.

Memang orang-orang yang di belakang layar, kadang namanya kurang familiar ya di telinga kita, tapi sebagian besar dari kita pasti tahu dong dengan tokoh Simba pada film Lion King, dan tokoh Aladdin pada film Aladdin tentunya.

Dia inilah dubber-nya tokoh Simba dan Aladdin dalam Bahasa Indonesia.

'Keceh' banget kan?

Ragam Voice Over

Pada kesempatan pertama, mentor keren ini membeberkan terlebih dahulu mengenai apa sih voice over itu, dan profesi seperti apakah itu?

Jujur bagi orang awam seperti saya pun tidak begitu paham. Saya hanya tahu VO sekedar untuk membuat narasi video pribadi saya saja, sebelum disebarkan, karena saya kan bukan tipikal yang mudah berbicara secara langsung kepada khayalak umum, jadi VO itu membantu sekali bagi saya.

Selain itu, saya tahu pasti kalau dubbing film atau drama seri juga merupakan bagian dari VO, tapi ya sebatas itu saja.

Namun ternyata, VO banyak sekali ragamnya, dan tidak bisa langsung kita kuasai dalam sekejap mata saja. 

Ihwan Zaid pun menjelaskan bahwa VO ada 6 macam, yaitu yang pertama untuk kebutuhan promo, kemudian company profile, IVR (interactive voice response), announcer, membaca berita, dan audiobook.

Tentunya, cara kita melakukan VO untuk setiap kebutuhan tersebut, berbeda-beda pula.

Misalnya saja kita ingin melakukan promosi barang dagangan kita melalui video promosi dan terpaksa harus menggunakan VO nih, pasti tak nyambung dong jika kita menggunakan VO untuk kebutuhan membaca berita.

Langkah-langkah Menjadi VO

Langkah yang pertama harus dilakukan oleh seorang calon VO menurut Ihwan Zaid adalah memiliki kepercayaan diri. Caranya yaitu dengan memperbanyak jam terbang untuk menghadapi kekhawatiran diri sendiri.

Kemudian berhentilah membandingkan suara sendiri dengan suara orang lain karena akan menurunkan tingkat kepercayaan diri.

Setelahnya harus belajar fokus terhadap apa yang ingin disampaikan, agar pesannya diterima dengan baik di tujuan.

Teknik VO

Berdasarkan penuturan dari mentor keren Ihwan Zaid ini, teknik dasar VO itu ada 6 macam, yaitu pernafasan diafragma, pemanasan alat bicara (bibir, lidah, tenggorokan), artikulasi (pengucapannya jelas dan nyaring), intonasi (nada bicara), emphasizing (penekanan), dan feel (emosi).

Ihwan Zaid juga menekankan pada Smiling Voice agar suaranya terdengar lebih ramah, dan beliau juga memberikan pesan kepada para calon VO untuk terus berlatih.

Ihwan Zaid
Ihwan Zaid ketika sedang mentoring para calon VO dari Balikpapan.
Sumber Foto: Pribadi

Caranya Melamar Jadi VO

Awalnya tentu kita bingung dong, mau dibawa kemana sih profesi ini dan bagaimana caranya berprofesi sebagai VO itu?

Padahal menurut Ihwan Zaid, kita hanya tinggal mengeluarkan suara, membuat contoh suara untuk diserahkan pada klien.

Tapi untuk lebih jelasnya, ada 3 cara, yaitu yang pertama adalah melalui pertemuan langsung dengan klien bersama tim pemasarannya, jika kalian sudah cukup yakin dan percaya diri, karena cara ini harus direncanakan dengan sangat matang untuk langsung dieksekusi dengan PH.

Lalu yang kedua, bisa tuh melalui marketplace VO, jadi kalian menjajakan suara melalui pasar online khusus saja. Sama halnya-lah bagi para pedagang barang yang melakukan penjualan melalui marketplace.

Dan yang ketiga adalah cukup dengan mengerjakannya dari rumah saja, tanpa bantuan makelar (marketplace), dan langsung mengirimkan sampel suaranya ke studio VO.

Novie Burhan

Nah, teman-teman sekalian pada kenal tidak dengan Novie Burhan yang memiliki julukan sebagai 'Bunda Novie' di kalangan teman-teman VO maupun calon VO ini?

Bunda Novie adalah pengisi suara Baroness pada film Cruella loh teman-teman.

Selain sebagai dubber, beliau ini juga merupakan vocal director khusus untuk film-film disney di Indonesia loh, karena pengalaman beliau di dunia VO ini sudah sejak beliau masih berusia kanak-kanak, yaitu pada tahun 1975 sebagai pengisi suara cerita radio.

Keren banget bukan?!

Tim VO Jakarta
Tim Voice Over dari Jakarta di Balikpapan Fullday Workshop.
Sumber Foto: Pribadi

Ketika workshop di Kota Balikpapan, beliau menjelaskan lebih lanjut mengenai dunia industri voice over, dimana kita bisa menyebut ilmunya sebagai voice acting, kemudian industrinya sebagai voice talent, dan pelakunya pun bisa disebut dengan voice talent atau voice actor maupun voice over artist.

Bagaimana Menjadi Voice Actor?

Ada beberapa tahapan yang diberikan oleh Bunda Novie jika kita ingin menjadi seorang voice actor, antara lain:

  • Your voice is everything (mengandalkan suara kita sendiri)
  • Read out loud every single day (setiap hari berlatih membaca buku sambil bersuara)
  • Learn every voice technique in the book (belajar setiap teknik suara, sudah sempat dibahas oleh Ihwan Zaid)
  • Explore, explore, explore (harus terus mencoba dan mendengarkan pendapat orang lain, khususnya para mentor)
  • Script reading (membaca skrip yang diberikan dan memahaminya)
  • Create and produce a professional demo (menciptakan karya  untuk menyakinkan pelanggan)
  • Promote your voice (jangan lupa, jika menjual suara, harus rajin mempromosikannya juga)
  • Never stop training (terus belajar dan mencoba agar memiliki jam terbang tinggi)
Bunda Novie
Bunda Novie pada saat memberikan materi di workshop.
Sumber Foto: Pribadi

Tips Utama Untuk Membaca Script

Seperti yang Bunda Novie sempat jelaskan juga sebelumnya, dimana kita harus berusaha memahami skrip atau naskah yang diberikan kepada kita, jadi beliau juga memberi beberapa tips untuk membaca skrip, antara lain:

  • Tetap tenang (ini dapat membantu agar kita lebih fokus dalam mempelajari naskah)
  • Baca skrip terlebih dahulu (sebelum berusaha memahami, yang terpenting adalah dibaca dulu saja berulang-ulang untuk menghindari ada kata yang tertinggal)
  • Bergerak dengan leluasa (pastikan posisi kalian berada di ruang yang membebaskan untuk bergerak dengan leluasa agar membantu proses pernafasan dengan baik dan juga bebas membuat gerakan alami saat mengisi suara)

Para Bocil Ditinggal Lagi

Fiuh, melelahkan namun juga sangat menyenangkan, karena kami bukan hanya disuguhi teori, melainkan juga mendapat kesempatan untuk praktek langsung di depan kawan-kawan lainnya.

Hanya saja, karena mendapatkan kesempatan seharian full ini, saya terpaksa harus meninggalkan kedua anak saya juga di rumah bersama JiPi dan JiEm-nya, apalagi setelahnya kami mendapat kesempatan untuk nongkrong dan curcol bersama para mentor pasca workshop.

Kebetulan lokasi kafe yang ditunjuk untuk nongki adalah kafe yang cukup dekat dari rumah saya.

Walau sempat galau dan berpikir untuk ikut bergabung atau tidak, akhirnya saya memutuskan untuk join juga, karena kesempatan kan tidak datang dua kali.

Istilahnya seperti kursus private gitu lah, tapi disponsori oleh cafepro.id. Keren banget!

Anak-anak
Anak-anak menagih janji jalan ke mall, sehari setelah ditinggal maminya workshop seharian.
Sumber Foto: Pribadi

Tapi tentu saja saya membuat keputusan untuk ikut 'nongki', setelah terlebih dahulu excuse kepada kedua orang tua, serta kepada anak-anak di rumah untuk lanjut tak pulang dulu.

Karena jika sudah telanjur pulang ke rumah, pasti akan ada drama si bungsu yang menolak untuk melepaskan maminya lagi, berbeda halnya jika saya mengatakan tentang itu hanya melalui telpon. 

Private di Kafe euy!

Nah, ini dia poinnya!

Setelah sibuk belajar teori dan praktek VO di workshop, pada kesempatan 'nongki' ini, saya belajar khusus sama mentor Ihwan Zaid yang kebetulan duduk di sebelah saya, mengenai kreasi video pendek yang bisa mendatangkan view, like, share, komen, dan follower tentunya.

Kebetulan beliau ini kan juga seorang konten kreator, ya samalah seperti saya, hanya saja kalau beliau masuk kategori macro ya saya micro, kemudian kalau beliau masuk golongan micro ya saya nano, hehehee.

Intinya beliau influencer yang lebih senior dibandingkan saya, jadi perlu banget saya kursus mengenai hal itu dengan beliau yang 'keceh' ini.

Pokoknya kita berbicara dari segi bisnis atau pekerjaan sajalah ya, bukan dari segi popularitas, karena duit jauh lebih menarik dari sekedar populer saja.

Menambah follower itu pastinya untuk tujuan bisnis dong!

Dalam hal ini, seorang Ihwan Zaid memanfaatkan passion-nya sebagai VO untuk membuat dan menyebarkan konten-konten seputar panduan menjadi VO.

Menarik sekali.

Fiuh, pokoknya ilmu beliau yang 'daging' ini, bakal turun lagi dong ke calon youtuber gaming saya di rumah, yaitu Cici Aisyah, si sulung.

Ya semoga belum berganti minat lagi. Anak usia 7 tahun memang masih dalam masa transisi, banyak maunya dan banyak bingungnya.

Ihwan Zaid dan Annisa Tang
Selfie bersama dubber sekaligus selebgram, Ihwan Zaid.
Sumber Foto: Pribadi
Ending-nya, beliau memberikan saya tips yang sangat topcer, yaitu saya harus mencari cara untuk membuat konten yang memungkinkan disebarkan oleh para netizen.

Lihat saja Sisca Kohl yang minim ilmu VO karena artikulasi dan intonasinya saat melakukan VO cukup berantakan, tapi berkat ciri khasnya itu, dia justru mendapatkan banyak penggemar.

Contoh lain adalah Dennise. Ini pendapat saya pribadi setelah mendengar arahan dari mentor Ihwan Zaid.

Dennise itu membangun brand image-nya sebagai seseorang yang 'sok kaya' dan belagu, padahal belum tentu aslinya seperti itu. Dan karena kelakuannya itu, video dan akunnya justru banyak disebar oleh netizen.

Praktek di Rumah

Bukan Annisa Tang alias mami keceh namanya kalau sampai rumah tak mengobati rasa penasarannya dengan langsung praktek.

Karena pada saat berlangsungnya acara, saya tidak mendapat kesempatan untuk praktek dubbing, sedangkan hal itu yang paling membuat saya penasaran untuk mencobanya.

Di workshop, saya hanya berkesempatan melakukan dialog iklan, announcer, promo, dan audiobook.

Sayangnya pas saatnya dubbing, hanya diberi kesempatan kepada 3 orang untuk melakukannya, karena keterbatasan waktu.

Persiapan Dubbing
Ketika tim sedang memasang perlengkapan dubbing.
Sumber Foto: Pribadi

Jadi saya coba sendiri deh di rumah. Dan ketika saya perdengarkan kepada si sulung, dia malah bertanya bingung, "Itu suara mami kah?"



Pelatihan Voice Over Anak dan Remaja

di Bandung

Wah, ini benar-benar pamer yang menyayat hati bagi emak-emak yang anaknya butuh pelatihan voice over, tapi lokasinya nan jauh di mato.

Vtclass.id mengadakan voice over workshop untuk anak dan remaja, di Kota Bandung pada tanggal 19 Maret 2022.

Baru saja Balikpapan VO Fullday Workshop usai, banner yang diumumkan oleh instagram @vtclass.id mengenai pelatihan VO yang dikhususkan bagi anak-anak berusia sekitar Aisyah, lewat di beranda sosial media saya dong.

Hiks!

Buat para emak sekalian yang berada di Bandung, sayang banget nih kalau dilewatkan, daftarkan deh anak-anaknya.

Apalagi ada 'deep talk after class' juga loh pada tanggal 20 Maret 2022. Keceh banget kan?!

Jangan lupa, follow ya instagram @vtclass.id dan @cafepro.id, untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak lagi mengenai aktivitas voice over dan sebagainya.

Bandung
Banner pelatihan VO untuk anak dan remaja di Bandung.
Sumber Foto: Pribadi

Baca juga:






Komentar

  1. Dulu banget zaman masih kecil, booming acara sandiwara radio. Sanggar cerita, Tutur tinular, brama kumbara dll... Semua itu membuatku pingin jadi dubber... Sekarang sadar kalu suaraku tidak microphonis

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, Mas Ihwan ini bercerita kalau dulu suaranya cempreng, tapi ternyata beliau sukses menjadi dubber dan announcer. Belia announcernya trans tv, Pak Dokter. Nah kalau Bunda Novie itulah yang sempat jadi pengisi suara sandiwara radio ketika dia masih berusia anak-anak.

      Hapus
  2. duh euy, jadi inget agenda bikin podcast dari tahun lalu belum jadi juga haha.. kayanya kudu nyemplung lagi ke acara2 semacam ini biar panas lagi. seru memang dunia suara...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayoo segera dibuat podcast nya Mbak ... heheheee ...

      Hapus
  3. Hai kak ini Dennise.Suka deh pembahasannya tentang VO detail,lengkap dan mudah dipahami.Aku memang lagi cari informasi itu. Ada minat juga untuk menjadi VO tetapi banyak tehnik yang harus dipelajari dan harus ikuti diklatnya dulu deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget Kak. Kalau ikut workshopnya jadi lebih tahu ilmunya ya?

      Hapus
  4. Bener banget ya, dengan read aloud bikin suara jadi lebih terlatih ya, selalu kagum dengan yang jadi dubbing, menurut saya itu butuh konsentrasi penuh, selain juga kudu ngatur suara dengan baik :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, betul, butuh konsentrasi penuh, karena kita berakting jadi orang lain juga, walau melalui suara. Misalnya saja announcer tv yang sebenarnya bukan karakter kita banget tapi kita harus membuatnya menjadi apa yang diharapkan oleh klien.

      Hapus
  5. Saya masih suka gak pede dengan suara sendiri. Tapi, suka terkagum-kagum sama orang yang ngomong aja suaranya udah enak didenger.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mbak, kenapa bisa gitu ya ... ada orang-orang yang ngomong saja sudah merdu, heheheee.

      Hapus
  6. apalagi di era digital ini ya Mbak?

    profesi untuk voice over semakin terbuka lebar

    dulu sih cuma untuk televisi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa, betul banget Mbak, VO bisa dipakai untuk spapun di era digital ini.

      Hapus
  7. Ya ampun Kak Nisa, itu dah keren banget aku play dong itu 3 VO praktiknya. Pantesan si Aisyah keheranan ga percaya itu suara Maminya.....
    Menarik sekali Voice acting ini ya. Kemampuan yang memang perlu diasah dan bisa jadi profesi nantinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa Mbak, hihihiii, tapi masih kena koreksi, hiks, memang jadi VO itu ternyata cukup susah yaa ...

      Hapus
  8. Saya penasaran Mbak dengan teknik bagaimana kita bisa membentuk suara agar terdengar lebih ramah karena suara saya terdengar "galak" hahahaha. Begitu kata teman-teman. Sementara saya pengen banget supaya akun YT saya diisi dengan visual traveling dengan VO yang berisikan tentang informasi dari tempat tersebut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah Mas Ihwan Zaid itu bercerita kalau dulu suara beliau cempreng Mbak, tapi akhirnya bisa jadi VO juga, hihihiii ... semangat Mbak.

      Hapus
  9. Dari kapan pengen banget belajar VO, dan kebetulan mampir di blog Mba Annisa. asik ada event di bandung, langsung meluncur ke Ig buat dapetin infonya. Makasih mba

    BalasHapus
  10. Voice over dengan announcer mirip nggak sih? Sama-sama ngandalkan suara gitu. Cuma kalau announcer kan penyiar radio. Aku pernah dulu jadi announcer waktu jadi mahasiswa di lab radio kampus. Pernah juga belajar VO baca berita waktu magang di stasiun televisi. Seru, ya ternyata jadi VO. Seru dengar keunikan suara kita sendiri. Wkwk.. Btw, salah buat anaknya ya Bund. Semoga apa pun cita-citanya nanti tercapai. Aamiinn

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam buat anaknya maksud ku. Hehe.. Maaf bund typo.

      Hapus
    2. Samaa Mbak, hehehee, jadi announcer itu merupakan bagian dari VO. Wah keren Mbak sudah pernah jadi announcer radio kampus yaa ...

      Hapus
    3. Terima kasih Mbak, hehehee, anak-anak ini, kakak beradik kalau pas bobo pada manisss banget, tapi pas bangun sudah macam kucing dan tikus berantemnya, hihihiii ...

      Hapus
  11. Wah mbak Annisa emang ibu pembelajar sejati ya
    Semangat banget belajar banyak hal
    Termasuk belajar VO
    kece ya mbak VO Ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa Mbakk, saya ini tergolong terlambat suka belajarnya. Dulu waktu di kampus kerjaannya bobo di kelas, wkwkwk, sudah jadi emak-emak malah gencar banget cari ilmu.

      Hapus
  12. Wah saya malah ga pede kalau VO soalnya suara saya fals hehehe.. tapi baca pengalaman mbak jadi terpacu pengen belajar VO juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tenang Mbak, Mas Ihwan Zaid juga cerita kalau dulu beliau suaranya cempreng, eh malah jadi VO, hihihi ...

      Hapus
  13. Belajar materi pengisi suara bimbingan mentor akan menjadi bekal ketrampilan tersebut

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget. Kalau tanpa mentor kadang nggak ada yang bisa koreksi dengan benar gitu ya?

      Hapus
  14. saya suka amazed sama orang yang bisa niruin/bikin suara untuk beberapa suara yang berbeda. keren.

    BalasHapus
  15. seru banget mbk kalau ada pelatihan VO secara online aku mau deh ikutan secara zaman kecil suka bikin drama ala aku direkam aja di kaset hahaha

    BalasHapus

Posting Komentar