Trauma Bonding - Saat Dia Datang Lalu Pergi dan Datang Lagi Secara Berulang

 I'm ok outside, but I'm not ok inside.

Pernikahanku
Aku yang berbahagia di hari pernikahanku dulu.
Sumber Foto: Pribadi

Di balik foto yang terpampang pada laman sosial media seseorang, siapa yang bisa menebak situasi di dalam diri seseorang?

Tak ada yang menyangka, seorang Annisa Tang yang selalu memperlihatkan wajah ceria di berbagai foto dan video pada halaman sosial media pribadinya, memamerkan kemesraannya dengan sang suami dan anak-anak kepada khayalak umum, pada akhirnya bisa melakukan gugatan perceraian dan hak asuh anak di pengadilan secara mandiri sekitar 3 tahun yang lalu.

Gelisah hati yang sempat terpendam dan tak tahu kapan akan terbangun lagi itu, tibalah juga pada suatu masa dimana seorang sahabat lama datang ke dalam hidupku untuk menawarkan cinta yang baru.

Pria itu hadir di sisiku tepat setahun setelah aku berpisah dari mantan suami.

Datang dan Pergi dari Hidupku

Melalui pernyataan cintanya, dia mengatakan bahwa aku merupakan wanita impiannya sejak lama, yaitu sejak aku masih gadis dahulu.

Kalimat rayuannya, kata demi kata, membuat hatiku yang sudah lama tidur, mulai bangkit dan berani menyambut uluran cinta darinya.

Bersama dia, aku mulai merasa dicintai lagi dan diperhatikan.

Hampir setiap saat dia memberiku kabar keberadaan dan kegiatannya.

Oleh karena itu, walau jarak memisahkan kami, aku menyakini dia sebagai pria yang selalu ada untukku, dan percaya bahwa dia adalah satu-satunya pria yang tak akan pernah pergi meninggalkanku.

Kebetulan dia bekerja di ibu kota provinsi, sehingga kami hanya dapat bersua seminggu sekali, antara hari sabtu atau minggu.

Akan tetapi, hal itu justru membuatku merasa lebih teristimewa lagi.

Aku dapat melihat upayanya secara langsung untuk menghampiriku setiap minggunya, menempuh perjalanan darat sekitar 2 jam.

Dia selalu menyempatkan diri dan secepat mungkin pulang ke Balikpapan hanya demi menemuiku.

Sehingga tak pernah terduga sebelumnya, bahwa kebahagiaan yang kurasakan itu ternyata hanya sesaat.

Mendadak hubungan kami menjadi hambar, tanpa alasan yang jelas.

Bahkan kala aku masih menaruh perhatian hangat padanya, dia sudah tampak enggan berbalas kata denganku melalui pesan singkat di ponsel.

Aku pun mulai sadar diri untuk menjauh darinya, meski perasaanku sendiri hancur saat itu.

Dia seolah melambung dan melemparkanku begitu saja tanpa kata, membuatku merasa sangat tak terbiasa.

Sebenarnya dia tak harus datang, batinku!

Ketimbang dia mendadak datang bak pahlawan kesiangan yang ingin menyelamatkanku dari kegelapan, namun tanpa hujan tiba-tiba menghilang pula dari hidupku.

Separuh jiwaku ikut pergi bersamanya, dan aku nyaris tak bersemangat dalam menjalani hidupku lagi, jika tawaran job menulis dari beberapa brand saat itu tak berdatangan.

Pekerjaan yang menumpuk dan kejar mengejar dengan deadline membuatku sedikit tertolong dari kegalauan yang tak terlihat ujungnya itu.

Sungguh tak mudah bagiku, namun aku mulai dapat kembali menata diri, dan tidak terus-menerus meratapi takdir yang menimpaku.

Cara Move On
Ilustrasi gagal move on, sementara mantan kekasihnya sudah bersama yang baru.
Desain Gambar: Pribadi

Sampai setahun setelahnya, dia menghubungiku kembali dengan hangat, menyapa dan menggodaku, bahkan sengaja melakukan video call saat aku sedang berkumpul dengan teman-teman satu komunitasku.

Saat itu dia membuatku merasa bahwa dia ingin mengetahui apakah di antara kawanku ada teman pria juga.

Dia sedang cemburu, dugaanku ketika itu.

Setengah hatiku yang masih sangat merindukannya pun tak dapat berdusta.

Sia-sia sudah upaya move on yang aku lakukan.

Seolah hatiku tak pernah terluka, diriku masih tetap menyambutnya dengan hangat.

Bahkan tanpa pernah menyadari bahwa di antara kami sempat terjadi jarak, dia justru kembali menyatakan bahwa dia mencintaiku dan dia ingin agar kami berdua dapat jauh lebih dekat dari sebelumnya.

Dia mulai berani physical touch terhadapku, menggenggam jari jemari tanganku sepanjang langkah kaki yang menyertai perjalanan kami berdua.

Hatiku tambah luluh lantak menyaksikan kesungguhannya yang tanpa segan mempublikasi hubungan kami di tempat umum sebagai sepasang sejoli yang tak terpisahkan lagi.

Hal itu membuat kami jauh lebih intim dari sebelumnya, sampai-sampai tak rela sekalipun kesempatan yang terlewatkan bagi kami berdua untuk bersua.

Dia begitu pandai membuatku merasa bahwa tak ada aral melintang lagi di antara kami. I needed you, you needed me.

Melihat sikap manisnya kepadaku itu, siapa yang bisa menyangka, ketika menjelang family gathering camping yang akan diadakan oleh perusahaan tempatnya bekerja, dia justru memutuskan hubungan di antara kami.

Kebetulan camping dari perusahaannya akan diadakan di salah satu pantai Kota Balikpapan.

Alih-alih bertanggung jawab atas perkataan dan perbuatannya sendiri kepadaku, dia berdalih bahwa keputusan itu diambil atas kehendak ibunya yang tak memberikan restu untuk hubungan kami berdua.

Aku sangat terpukul dan malu karena sempat memperjuangkannya di hadapan orang tuaku yang juga berat untuk memberikan restu.

Dia berkata bahwa ibunya khawatir jika aku dan kedua anakku akan membebaninya.

Padahal orang tuaku justru khawatir jika aku dan kedua anakku tak dapat hidup dengan baik bersamanya.

Mereka bahkan pasrah dan bermaksud membeli sebuah rumah di ibukota provinsi juga jika kelak aku benar-benar menikah dengannya, agar tak ada Long Distance Marriage di antara kami.

Kedua orang tua memang masih trauma dengan pernikahanku yang sebelumnya.

Kata mereka, yang dekat saja bisa menyembunyikan 'sampah' tanpa tercium lama, apalagi jika berjauhan?

Ternyata, perjuanganku itu dibalas dengan satu kalimat perpisahan saja, bukan dengan semangat berjuang juga.

Aku pun terpaksa berkata "iya", bersedia untuk tak ada ikatan apapun lagi di antara kami, walau hatiku harus terasa hancur sehancur-hancurnya.

Bertambah koyak hatiku ketika dia membuat story seputar kebahagiaannya saat family gathering kantornya tersebut.

Hatiku terbakar cemburu melihat dia dan kawan wanitanya dapat saling bersentuhan tangan dengan bebas.

Dia bahkan pergi melakukan quality time bersama teman wanitanya itu dan kawan lainnya juga, seusai family gathering, keesokkan harinya.

Mereka pergi ke pantai baru yang awalnya ingin aku kunjungi untuk pertama kalinya bersama dia.

Semudah itu dia membuat hatiku tegak dan tumbang dengan cepat, datang kepadaku hanya di saat dia kesepian saja.

Ingin sekali aku berteriak kepadanya, untuk mengatakan bahwa hatiku ini bukanlah hati yang sudah mati.

Aku punya perasaan!

Toxic Man
My Toxic Man, Me, and the illustration.
Sumber Foto dan Desain Gambar: Pribadi

Betapa sang Toxic Man itu membuatku terbiasa dengan kehadirannya berulang kali, namun ternyata dia yang mudah sekali menjadi tak terbiasa dengan hadirku dalam hidupnya.

Hanya saja, walau ingin sekali hati ini membencinya, tapi sukar untuk membuatnya mampu.

Pria lain yang sempat hadir dalam hidupku pun tidak dapat membuatku begitu saja melepaskan diri ini dari jerat hatinya yang sudah telanjur dalam itu.

Aku bahkan sempat merasa mengkhianatinya ketika mencoba menjalin hubungan dengan pria lain, padahal di antara kami sudah tak terjalin ikatan kasih lagi.

Dan pula tampaknya, kini pun sudah ada wanita lain yang mengisi hatinya, tapi entah mengapa aku masih saja terus berpikir untuk setia.

Trauma Bonding

Baru-baru ini video tiktok salah seorang psikolog Indonesia mengenai hubungan yang toxic, lewat di berandaku.

Dia membahas mengenai istilah yang masih awam di telingaku, yaitu Trauma Bonding.

Menurutnya, kadang kita merasa bahwa diri kita ini 'bucin' kepada seseorang, namun ternyata itu hanyalah rindu akan dia yang kembali perhatian, kala sakitnya hati ini belum pulih sepenuhnya.

Entahlah, apa yang aku alami ini Trauma Bonding atau tidak, memang hanya konsultasi secara langsung dengan psikolog-lah untuk dapat mengetahuinya secara pasti.

Hanya saja, karena kebetulan aku baru menemukan istilah ini, maka aku merasa harus segera mencari tahu lebih dalam tentangnya.

Memang perlu disadari bahwa banyak kesehatan mental wanita yang terganggu akibat ulah pria yang dia cintai.

Dan sebagian dari wanita itu, tidak tahu bagaimana cara untuk mengatasinya.

Maka dari itu, aku merasa bahwa aku harus bisa berbagi pengalaman sekaligus informasi kepada teman-teman wanita lainnya, terutama pembaca blog ini, seputar hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan mental, khususnya Trauma Bonding.

Trauma Bonding
Ilustrasi Trauma Bonding.
Desain Gambar: Pribadi

Aku sendiri bukan tipikal orang yang mudah ikhlas atas peristiwa buruk yang menimpa dalam hidupku, tapi syukurnya aku bukanlah sosok yang nekad melarikan diri pada hal-hal yang mengandung resiko bagi jiwa ragaku.

Satu-satunya hal buruk yang aku lakukan ketika perasaanku sedang sangat tidak nyaman adalah menonton film sambil terus mengunyah snack yang sengaja aku sediakan di dalam kamar, serta 'mager' untuk melakukan hal apapun.

Pengertian Trauma Bonding

Lalu, sebenarnya pengertian dari Trauma Bonding itu apa sih?

Setelah mencari tahu mengenai istilah tersebut ke berbagai sumber tulisan, aku menyimpulkan bahwa Trauma Bonding adalah suatu keterikatan emosional dengan seseorang walaupun orang tersebut sudah melakukan kekerasan atau pelecehan terhadapnya.

Ikatan emosional tersebut membuat si korban selalu memaklumi sikap pelaku, dimana dia merasa iba atau justru merasa bersalah pada dirinya sendiri, kemudian selalu merasa khawatir orang tersebut marah, dan sebagainya.

Meski sebenarnya mantan kekasihku itu tidak pernah menyakiti secara langsung, baik melalui ucapan maupun tindak kekerasan, tapi aku selalu merasa bersalah dan insecure pada diriku sendiri, seolah-olah dia meninggalkanku karena aku yang tidak pantas buat dia.

Tanda-tanda Seseorang Mengalami Trauma Bonding

Ciri yang utama dari seseorang yang mengalami Trauma Bonding ini adalah tidak pernah kapok untuk menjalin hubungan kasih kembali dengan orang yang sudah pernah menyakitinya ataupun melecehkannya.

Hal itu disebabkan karena rasa tidak percaya diri si korban dan rasa insecure diri sendiri, sehingga membuat korban merasa bahwa dirinya ditinggalkan karena kesalahannya sendiri.

Adapun tanda-tanda lainnya adalah:

  • Rasa iba dan simpati yang berlebihan kepada si pelaku sehingga cenderung menyalahkan diri sendiri
  • Terlalu tergantung pada pelaku, seolah-olah dunia berhenti berputar tanpa si pelaku dalam hidupnya
  • Terlalu 'bucin' sehingga selalu dapat memaklumi perbuatan si pelaku kepada dirinya
  • Selalu merasa khawatir si pelaku marah sehingga berusaha mencegah agar si pelaku tidak marah padanya
  • Punya hutang budi pada pelaku dan merasa bersalah jika dia meninggalkannya

Cara Mengatasinya

Sebenarnya aku sendiri masih dalam tahap move on dari dia yang bolak-balik datang dan menghilang dari hidupku itu, sehingga membuatku tak bergairah dalam menjalankan hidup.

Makan dan ngemil sembari menikmati drama seri di sebuah aplikasi video menjadi salah satu kegiatan yang paling kusukai dalam mengatasi kegalauanku, namun sayangnya hal itu justru menjadi masalah mental lainnya, yaitu stres dengan penambahan berat badanku.

Aku yang biasa sangat rajin merawat diri dengan skincare dan olah raga ringan di rumah, menjadi sering sekali mengabaikannya, sehingga membuat penimbunan lemak di perutku, serta jerawat pada wajahku, dimana hal itu justru menambah daftar beban mental dalam hidupku.

Terlalu abai pada diriku sendiri ini, namun masih sering penasaran akan kabarnya di sana, membuatku semakin susah untuk melepaskan bonding yang masih melekat dalam jiwa ini, padahal kini dia sudah berbahagia dengan pasangan barunya.

Banyak artikel yang aku baca mengenai hal ini, terutama dengan kata kunci pencarian 'cara move on dari pasangan toxic', namun aku tidak menemukan cara yang tepat, karena dari semua saran pada artikel yang aku baca, tidak secara spesifik menyebutkannya berdasarkan kepribadian masing-masing individu yang sedang mengalami itu.

Aku pun mulai mencoba caraku sendiri untuk bisa bangkit dari dugaan Trauma Bonding yang aku alami ini, yaitu antara lain:

  • Blokir semua aksesnya, terutama di aplikasi chatting.
Hal ini aku lakukan agar aku tidak penasaran untuk membuka stori-storinya lagi, dan juga mencegah agar dia tidak tiba-tiba menghubungiku lagi untuk menjadikanku pelariannya kembali.
  • Selalu mengingatkan diriku atas perlakuan buruknya kepadaku, sikapnya yang minim tanggung jawab itu, serta kejelekan-kejelekannya yang lain (termasuk dalam hal fisik).
Ini merupakan upaya terbesarku agar rasa rinduku berpaling menjadi benci yang mendalam padanya, sekaligus memupuk rasa beruntung dalam diriku, karena membuatku dapat terus berpikir bahwa aku hanya kehilangan sesuatu yang sama sekali tidak ada harganya.
  • Berusaha mencintai diriku sendiri.
Mungkin ini adalah hal yang tersulit untuk aku lakukan karena pada dasarnya aku memiliki sikap yang insecure terhadap diriku sendiri, namun aku juga sadar bahwa tak ada orang lain yang bisa mencintai kita lebih dari diri kita sendiri.
  • Walau sedang tidak ingin, tetap beraktivitas.
Patah hati memang selalu membuat mood kita untuk melakukan hal apapun menurun, tetapi mulai saja dulu. Misalnya saja aku sedang tidak ingin mengisi blog-ku atau membuat konten video, tapi coba dibuat saja dulu agar kembali enjoy untuk melakukannya.
  • Bersosialisasilah
Walau kamu bukan bagian dari golongan extrovert yang mudah meraup pertemanan di luar sana, pada jaman now ini kita masih tetap mudah untuk bersosialisasi kok, yaitu bisa melalui sosial media, chatting group, bahkan dating apps sekalipun.

Dear Senja

Dear Senja, please to be care, kesehatan mental itu penting!

Mental yang sedang terusik membuat kita hanya memiliki separuh nyawa, mati segan namun hidup pun tak mau, sama sekali gairah untuk menuju masa depan sudah lenyap begitu saja.

Kepada Blog Dear Senjaterima kasih sudah hadir untuk mendampingi kami dalam memperhatikan kesehatan mental kami masing-masing.

Tulisan yang kusertakan dalam #DearSenjaBlogCompetition ini sebagai salah satu caraku juga untuk melepaskan beban di hati, dimana pada blog inilah aku bebas untuk berekspresi, karena di sini adalah wadahku untuk menyuarakan keluh kesah yang ada sepanjang perjalanan hidup.


Komentar

  1. Kak Nisa semoga Allahu menggantikannya dengan yg lebih baik dari segala sisi ya, kak. Yakin semua itu akan Kak Nisa raih, karena Allah pasti punya sesuatu yg lebih baik yg sudah disiapkan untuk Kak Nisa. Keep spirit ya kak...luv

    BalasHapus
  2. Terima kasih kak untuk ceritanya, ini trauma bonding sama kayak stokholm syndrome gak ya? Kan kalau stokholm itu gimana korban tertarik dengan pelaku, walaupun ini berbeda pelaku yang dimaksud

    BalasHapus
  3. Banyaknya yang mempunyai toxic bonding. Pengalaman tidak menggunakan yang dirasakan mungkin setiap orang punya. Tapi yang berhubungan dengan strategi untuk mengurangi atau menghilangkannya. Nonton dan memberikan self reward bisa jadi solusinya tuh.

    BalasHapus
  4. Saya pernah bertemu dengan toxic people, dia itu punya kemampuan manipulatif, bisa jadi efek yang ditimbulakannya membuat orang yang berhadapan dengan dia merasa bersalah dan satu ketika dia juga membuat merasakan ketergantungan atau rindu akan perhatian baik yang pernah dilakukannya dahulu, padahal ini hanya fase love bombing yang dia lakukan agar pada saat dia berbuat kesalahan, yang diingat adalah sifat manisnya dia yang dahulu. Hati-hati aja ketemu toxic people

    BalasHapus
  5. Kejam sekali dia, apa tak ada tempat lain untuk memutuskan hubungan! Dengan cara seperti itu Mbak Anisa punya alasan kuat untuk tidak akan pernah memikirkannya lagi.
    Saya mungkin cepat memaafkan dan melepaskan orang seperti itu tapi takkan pernah mau melupakan atau memberi kesempatan.

    Eh kok saya terbawa emosi ya.

    BalasHapus
  6. Tetap kuat ya mbak, sekarang mungkin saatnya membahagiakan diri dulu mbak. Menikmati masa² untuk belajar hal-hal baru, berpetualang ke tempat-tempat baru

    BalasHapus
  7. Baru tau istilah trauma bonding. Kalo menurutku jika terjadi seperti itu ya harus diikhlaskan dan kembali kepada hal2 yang positif yang diridhoi Tuhan dan meninggalkan hall negatif yg tidak disukai tuhan

    BalasHapus
  8. Pria memang paling bisa membuat hati perempuan patah berkali kali. Semangat mbak. Kamu berhak bahagia bersama pria lain yang mencintaimu. Cintai diri kamu sendiri dulu dan tunjukkan bahwa kamu bahagia dan berhak diperlakukan istimewa

    BalasHapus
  9. Selalu kuat buat mbak Annisa. Semangat berjuang utk anak2, karna KL mbak sedih, anak2 bakalan sedih lihat ibunya sedih. Dan smg selalu diberi rezeki berlimpah

    BalasHapus

Posting Komentar